Meskipun setelah, perlu dipahami bahwa dunia esports profesional sangat berbeda yang sekadar bermain video game secara santai di rumah. Kini, penjuru tim dan organisasi esports telah dimulai mengadopsi pendekatan berbasis ilmu keolahragaan (sport science) dalam sistem latihan mereka. Hal ini mencakup rutinitas kebugaran, pengaturan ragam makan, hingga latihan untuk mengelola tekanan mental.
Mereka tidak hanya berfokus dalam peningkatan kemampuan teknis permainan, tetapi pun menjalani latihan fisik untuk menjaga daya tahan tubuh dan kecepatan reaksi semasa pertandingan. Meski unsur fisik berperan penting, terutama untuk menjaga kesehatan pemain di dalam jangka panjang, menetapkannya sebagai satu-satunya tolok ukur untuk memastikan status olahraga adalah pendekatan yang terlampau sempit. Lewat dinamika dan kompleksitasnya, Esports telah menunjukkan diri sebagai cabang permainan kontemporer yang mencerminkan perkembangan zaman. Daripada menolaknya hanya hal ini karena kurangnya aktivitas fisik secara intens, yg lebih dibutuhkan merupakan sistem yang bisa menopang pertumbuhan esports secara sehat dan profesional. Beruangjp , esensi olahraga bukan sekadar pada kekuatan fisik, tetapi juga di dalam dedikasi, kemampuan teknis, dan semangat sportivitas dalam berkompetisi.
Sejauh Mana Batasan Definisi “sport” Dan “workout” Pada Konteks Esport?
Perdebatan tentang sejauh dimana tingkat kelayakan esport sebagai bentuk “olahraga” atau sport selalu berpusat pada unsur keterlibatan fisik selaku tolok ukur primer. Dalam perspektif konvensional, olahraga dianggap selaku aktivitas yang menuntut gerakan tubuh, peningkatan detak jantung, juga keluarnya keringat. Tidak bisa dimungkiri bahwa mayoritas pemain esports menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar monitor. Kondisi indonesia kerap menjadi petunjuk kritik terhadap industri esports karena gaya hidup yang minim gerak fisik berpotensi memicu berbagai masalah kesehatan, seperti uzur postur tubuh, obesitas, hingga gangguan di dalam indera penglihatan. Sebuah studi yang diaplikasikan DiFrancisco-Donoghue pada tahun 2019 menunjukkan yakni lebih dari forty five persen atlet esports profesional tidak menggapai tingkat aktivitas fisik yang dianjurkan.
Jadwal Playoff Mpl Identity S15, Hasil Kompetisi, Tim Peserta
Sementara itu, cabang olahraga seperti darts, bowling, dan pool lebih menekankan di ketepatan, kestabilan, dan koordinasi presisi antara mata dan tangan. [newline]Seorang pemain profesional wajib memiliki reaksi ekspress antara otak, penglihatan, dan tangan, sambil merancang strategi dalam waktu yang sangat terbatas. Berdasarkan logika tersebut, jika kamu telah menerima cabang-cabang olahraga yang punya karakteristik serupa, maka menolak esports sebatas karena minimnya operasi fisik besar seolah-olah berlari atau melompat menjadi alasan yang lemah dan gak konsisten. Menurut laporan dari Esports Insider, antusiasme terhadap negara esports di kalangan anak muda terus menanjak.
Namun, terlepas dari pencapaian ini, dunia esports sempat terguncang oleh pernyataan kontroversial dari Menteri Komunikasi dan Digital Republik Indonesia, Meutya Hafid. Hal terkait disampaikannya dalam salahsatu video pendek (shorts) di akun YouTube Kompas TV pada Rabu, 25 Mei 2025. Oleh sebab tersebut, penanganan isu sport online hendaknya bukan sekadar fokus dalam pelarangan dan pembatasan, melainkan juga di edukasi serta pendampingan.